Pramuka apa kabarmu? Sudah 51 tahun lho umurmu kamu pada hari ini........
Dengan seragam warna coklat berhiaskan segala atribut yang menempel plus berkalungkan sebuah kain warna merah putih, si budhi kecil berdiri tegap dengan sikap hormat menghadap tiang bendera bersama dengan teman-temannya. Hari itu adalah hari sabtu yang selalu ditunggu setiap anak2, yaitu mengikuti kegiatan yang paling meriah disekolahnya...Latihan Pramuka. Bersama teman2nya si budhi bermain dan berlatih mengenai hal2 yang perlu di ketahuinya yang akan berguna bagi bekal masa depannya dalam latihan pramuka. Dengan di pandu oleh pembina yang komunikatif kita bisa belajar mengenai cinta tanah air, mengenai kemandirian, mengenai cinta alam dan kasih sayang sesama manusia, belajar nilai2 kejujuran dan banyak hal lain yang di ajarkan dengan cara yang menyenangkan. Apalagi kalau pas acara berkemah,hmmm asyk tuh...mulai masang tenda yang mencong2 secara gotong royong hingga tegak tendanya sampai belajar memasak (tapi bisanya memasak air dan mie.....xixixixi). itulah sekelumit berlatih pramuka di tingkat penggalang. Tak terasa ikut pramuka yang semula keharusan/kewajiban menjadi sebuah kecintaan. Segala tingkatan siaga, penggalang, penegak, dan pandega tak terasa juga terlewati dengan menyenangkan.Setelah memasuki dunia kerja, bersentuhan dengan pramuka hampir2 nihil. paling-paling hanya waktu halal bihalal dengan teman2 alumni saja. Setelah sekian lama tidak bersentuhan dengan seragam coklat, pada Hari Pramuka yang ke 50 tahun kemarin ketiban sampur menjadi ketua HP, terpaksa deh mbikin seragam pramuka baru lagi (soalnya yang lama setelah dicoba tidak cukup alias mengalami pertumbuhan kesamping yang cukup signifikan).
Berkalungkan kacu leher merah putih kembalillah ketemu dengan dunia pramuka. Tapi....mak jedug, kaget.....Pramuka yang pernah terlihat dengan jelas di masa lalu kok semakin memudar. padahal bendera tunas kelapanya baru semua. Semangat kegotong-royongan penuh kebersamaan pudar dengan semangat individualis yang materialis. Pada suatu forum rapat bersama panitia dan pembina-pembina itulah perasaan itu muncul. Sedih...kecewa...dan banyak perasaan negatif yang berseliweran. Para pembina yang dulunya merupakan guru-guru saya di masa lalu yang mengajarkan nilai-nilai tersebut itulah justru yang mengalami degradasi. Dengan sedikit bersuara berat berwibawa pada forum itu saya terpaksa berkata " bapak/ibu yang saya hormati, seingat saya bukankah bapak ibu dululah yang menanamkan nilai-nilai kegotong royongan dan kebersamaan kepada saya di masa kecil, bagaimana bisa melaksanakan secara bersama-sama dengan semangat sukarela, tanpa pamrih ataupun mengarap materi apapun. tapi sekarang yang ada dihadapan saya para pembina yang mengedapankan segalanya harus bersifat dana/materi, terus dimana semangat kebersamaannya demi untuk memeriahkan Hari Pramuka". Dari kondisi itu saya semakin miris dengan nasib kedepan Kepramukaan ini.
Kondisi Pramuka yang semakin lama semakin pudar, menurut sebagian masyarakat berpendapat bahwa hal ini dikarenakan pramuka sudah tidak sesuai dengan jamannya yang penuh dengan teknologi canggih. Padahal pramuka tidak menafikan tekhnologi, hal ini terbukti dengan pelatihan teknologi yang paling sederhana tali-temali hingga bisa merakit bambu dan kain menjadi tempat tinggal. Atau teknologi pesan yang sekarang ini orang-orang menggunakan Handphone yang bisa mengirim pesan dengan cepat, di pramuka diajarkan mulai yang paling dasar seperti sandi morse dan simapore. Serta banyak ketrampilan dengan berorientasi pada teknologi yang dilatih. Terus apa donk yang membuat pramuka semakin out of date. Menurutku sih..semangat untuk menjadikan nilai-nilai kepramukaan menjadi salah satu jati diri bangsa yang perlu terus ditanamkan pada para adik-adik muda penerus bangsa dan juga para pemegang panji-panji tunas kelapa yang semakin tidak dirasakan. "Kehadiran" pramuka dalam kehidupan berbangsa semakin pudar auranya. Pramuka mulai kehilangan roh nya.
Bagi para pelaku dan pemikir di Kepramukaan segeralah berbenah. Bukan hanya demi menyelamatkan Pramuka saja akan tetapi lebih pentingnya menyelamatkan bangsa dengan menciptakan generasi penerus yang tangguh dan nasionalis. Bukan hanya memikirkan bagaimana mengemas pramuka menjadi menarik akan tetapi membenahi cara dan metode penanaman nilai-nilai kebangsaan dan kegotong royong yang lebih efektif ke generasi muda. Roh Pramuka yang menjadi wadah penanaman dan penggodokan para generasi muda itulah yang harus lebih dipikirkan. Pramuka bukan hanya sebatas seragam Coklat ber kacu merah putih. akan tetapi menjadi Pramuka sebagai sebuah semangat. Kalo perlu sampai Edan Pramuka
Pramuka ku Pramuka mu Pramuka Kita, Pramuka Untuk Indonesia
Dirgahayu Pramuka Yang Ke-51